Wednesday 8 July 2009

Komplikasi Sakit Hati

Ada rasa hilang seperti juga ada rasa gugur dan gemerlap. Seperti juga ada rasa kenang dan juga rasa sebah dalam jurang. Namun semua telah pula tak lagi sama sementara seribu rasa gegap jadi lupa dan sengketa.
Ada rasa menyerah dalam usaha seperti ada juga rasa gembira dalam kesakitan. Ada rasa sepi dalam ketertinggalan seperti juga ada rasa gundah saat terkhianati. Namun semua telah pula tak lagi berarti sebab apakah yang lebih berarti selain merasa cerah dalam kegelapan sendiri? Seperti itulah saat ini rupaku.
Ada rasa jengah dalam tiap kecup sendu para palsu. Rasa busuk dan bau saru. Kudengus rasa curiga dan kuisap rasa nestapa: Seperti inikah rasanya dikhianati dan dibikin mati?

Saturday 17 January 2009

entah...

Kulihat laut jauh dalam matamu...
Pekat purba yang kemudian membuyarlamunkanku akan makna hidup yang selama ini kuyakini namun tak sedikitpun adanya diriku yakin akan kesahihan sang legenda...

Thursday 8 January 2009

Salahkah?

Salahkah bila kukatakan aku adalah ular? Ular biludak birahi yang memurubkan nafsu yang murub dalam renyai rimis di bawah ringin yang ringkih? Mereka bilang ular ada tetesan neraka? Lalu adakah yang salah dengan neraka?
Adakah yang salah bila kukatakan bahwa aku adalah ular? Ular semesta yang selingkuh dengan jumawa? Yang mencincang mangsa yg tremor karena senggama hingga lunak dagingnya dan celakalah baginya adanya? Yang menarik seribu ketergodaan dalam selimut gembira hingga tanak seperti nasi namun luka adalah satu yang paling terasa?
Adakah yang akan menjadikanku terdakwa bila kuakui bahwa aku adalah ular? Ular kepala seribu yang menyulut perang dalam dada seribu ksatria dan berebut cium pada ujung lidahku yang cabang dua? Yang menari dalam gelora dan dan berjingkat dalam putus asa?
Yang menghentikan gerak jantung semua yang menatap dalam hitam dalam kelam lalu lari pada segala tuhan yang sembunyi dalam gua?
Salahkah?

Lalu...

Lalu kuputuskan untuk kusayat nadiku di suatu malam yang bergelimang dosa, tepat setelah satu menit kami bersama...
Lalu kuputuskan untuk mengurungkan niat yang mungkin tak semestinya ada...
Lalu kutengadahkan kepalaku dan berharap aku bisa berkata, "Sedikit saja... Tak perlu banyak, namun sedikit pun telah mampu membuatku terpuaskan..."
Lalu senyap...
Jika saja, kawan... Hanya jika sahaja...
Jika saja sewaktu aku mampu, kulakukan yang seharusnya...
Namun ternyata tidak...