Tuesday 11 January 2011

Dari Lingkaran Sigil ke Empat: Skolopendrus

Semalam ada Setan masuk kamarku.
Kakinya seratus dan matanya setengah meletus.
Entah berapa lama ia duduk di belakang tubuhku dan duduk di atas bantal kesayanganku namun ia segera menutup mukanya begitu kupalingkan mukaku ke arahnya - menurutnya, menutup muka akan menghapus fisiknya dari mataku.
Tapi ternyata tidak. Taktik itu tak mempan padaku.
Bergegas kubuat lingkaran garam di sekelilingku dan segitiga tanah makam di sekelilingnya lalu kusambungkan lingkaranku dan segitiganya dengan benang kasur 55 milimeter diameternya.
Ia pun bangun dan memandangku. Matanya kuning kisut dan kakinya menggapai-gapai.
Kupukul kepalanya dengan palu tembaga dan ternyata kepalanya kepala agar-agar... Otaknya transparan dan ganglionnya sewarna perak - seharusnya otak dan ganglion tak pernah ada secara bersama...
Kutusuk kulitnya dengan jarum yang diseduh air raksa dan menggeliatlah ia sebab itu terasa seperti bara olehnya. Namun aku tetap santai sebab segitiga tanah makam adalah rantai yang lebih kuat dari rantai berbahan baja. Sebab Setan ini takkan bisa diikat apapun selain dengan tanah orang mati.
Di tengah engah yang gagap, diutarakannya niatnya: Kutawarkan keabadian padamu bila saja kau mau memintanya padaku. Silahkan kau siksa aku tapi ada ratusan jenisku di luar sana yang akan terus datang padamu dan memberimu momen untuk hidup selalu...

Semalam ada Setan masuk kamarku.
Kakinya seratus dan matanya setengah mendengus...
Kulipat tanganku dan kukernyitkan wajahku dalam upaya memahami teror ini.
: "Kutawarkan keabadian padamu hanya apabila hidup selamanya itulah yang kau damba."
Kukira hidup selamanya akan menjadi sesuatu yang menarik untuk diriku.
Maka kuhapus lingkaran garamku dan kupotong segitiga tanah makamnya. Lalu hilanglah ia menjadi kabut tebal yang melingkupiku untuk kemudian dibawanya aku ke bawah keterjagaan.

Semalam ada Setan masuk kamarku...
Kakinya seratus dan diberinya aku kehidupan yang terus menerus...

No comments:

Post a Comment