Tuesday 11 January 2011

Dengan Matahari di Mulutku aduhai, dengan Keping Manis di Mulutku…

Dengan matahari di mulutku, aduhai, dengan matahari di mulutku... Dan juga dengan ratap gadis-gadis lautan... Dan juga dengan jariku terselip di antara lidah-lidah kelu...
Dengan sedih pada bola mataku... aduhai, dengan sedih pada keluhku... lamat-lamat rasa senduku... lamat-lamat rasa keringku kelambu.
Dengan rembulan pada genggamku, aduhai dengan bintang-bintang di mahkotaku... Dengan sutra kelamku aduhai, dengan rayap tubuhku...
Dengan letihku aduhai, dengan kusut masaiku... Dengan kacauku aduhai dengan lemahku... Segalanya tak lagi sempurna, aduhai, tak lagi sama...
Seperti kusta pada tua... Lariku kepada takut. Seperti lupa pada mabukku. Kepada kelabu dan jinggaku. Kepada kerling perak aduhai, kepada cerlang emas...
Dengan matahari di mulutku, aduhai dengan tenaga menguatkanku... Selaput itu aduhai, semerbak itu...
Dengan kalajengking di kakiku aduhai, dengan sakit perih pada jengatku... Dengan racau pada bulu mataku... Dengan getar ujung jariku aduhai, dengan cakar betisku.
Dengan bingungku, aduhai dengan layuku... Pusingku ragu-ragu... Penatku jadi satu...
kepingin turun air mataku aduhai, kepingin menangis rasanya aku...
Kepingin kugores kembali tanganku aduhai, kepingin mati sepertinya aku...
Alamatku jadi batu, jadi letus pada malam-malam kelabu.
Dengan Jupiter di mataku aduhai besarnya planet itu...
Dengan matahari di mulutku aduhai, dengan sembab pada kelenjarku... Dengan perih di gendang telingaku aduhai dengan denting pada hidupku... Aku kepingin mati sepertinya... Namun dengan matahari di mulutku aduhai, dengan keping rasa manis di lidahku...

No comments:

Post a Comment