Tuesday 11 January 2011

Elektronika Lucifera

Sebentar, aku mau mengumpulkan tulang kaki perawan dua buah - tidak boleh dari perawan yang sama, serbuk kayu nangka tua secubitan, darah kucing tua sekarat yang belum menyentuh bumi, tiga ranting dahan randu, garam kasar segar dari samudera, air sumur dan lumutnya, empat lilin yg meleleh tidak lebih dari sebuku jari, tanah makam yang berumur persis empatpuluh tahun, fermentasi liur tokek raja sesendok makan, daging babi hutan yang tidak meronta saat diiris, dan rantai emas yang diambil dari leher laki-laki yang sebelumnya sudah dikencingi di hadapan rumah ibadah terdekat.

Kesemuanya akan kurebus dalam kuali besar, harus terbuat dari tembikar kualitas rendah, hingga airnya tinggal setengah. Kurebus sambil menyanyikan lagu setan, lagu bejat yang tertiup angin barat, tepat saat matahari mendarat.

Lalu aku akan menuangkan ramuan itu ke dalam botol-botol dengan label tulisan bidah, hinaan pada tuhan dan cercaan pada firman: Aksara-aksara purba yang terciptakan dari kebencian Qabil, kuno dan berbau apak nan menusuk adanya Ia, busuk, kau tahu? Tentu tidak. Sebab saat ini kau tengah mabuk nan tak kepayang, rasa berat nan menggerayang hingga kau kepayahan mengingat ini-itu.

Sebab,

Telah pula kubakar kertas dengan namamu pada permukaannya, lalu abunya kumasukkan terlebih dahulu ke dalam botol-botol itu, empat jumlahnya dan harus diisi hingga cukup isi kuali. Tidakkah kau merasa kupingmu berdenging? Itulah desir murka yang dihembus dahan-dahan kumal batang bambu. Itulah yang dibisikkan ke udara malam oleh burung hantu, dan itulah gegar timpani yang diciptakan anjing-anjing yang menggerutu.

Kau boleh mengataiku kafir suatu hari nanti saat kau temukan botol-botol itu di empat sudut rumahmu. Benar, aku menjadi heretik karena kamu. Maka kuperdalam kenistaan ini, kusematkan mukamu ke dalam tiap sembahyangku dan kuingat bahwa kau, adalah sumber kekafiranku.

Kau boleh meneriakiku hujat keras-keras pada telinga. Namun aku bahagia melihatmu berlari-lari dengan gila dan dengan seret kaki nan tak sempurna. Aku tertawa saat melihatmu membentur-benturkan kepalamu pada dinding (Aduhai, tidakkah kamu mendengar serunai di ujung sana? Itulah mantra-mantra, sayangku. Bolehkah kukecup keningmu?)

Kau boleh memanggil orang pintar untuk mengalahkan kutukanku. Namun orang itu akan dicucup darahnya dari kepala oleh jin jahat yang terbuat dari seluruh kebencian yang ada di sel tubuhku (Tidakkah kamu ingin menyetubuhiku saat ini? Tidakkah?)

Dan kesemuanya akan berakhir sesaat setelah kutambahkan darahku ke dalam ramuan (Lihatlah, orang-orang mati bangkit dari kuburnya untuk memberkahi upacaraku.)

Sebegitulah kebencianku, sayangku, padamu.



No comments:

Post a Comment